Note
Blog ini masih terbilang baru dan masih dalam taraf perombakan, jadi apabila ada beberapa link yang tidak bekerja sebagaimana mestinya harap dimaklumi ^^.
Monday, June 1, 2009
Menipu Tapi Menyehatkan | Utamakan Persepsi
Mengapa makanan vegetarian dibentuk mirip dengan Sate Ayam, potongan daging, ikan dan semacamnya ? Pasti ada alasannya kan ? Pertama-tama mungkin agar makanan tersebut terasa nikmat saat dimakan. Kedua, bisa jadi dengan alasan pangsa pasar yang masih sedikit saingannya. Ketiga, mungkin alasan ini yang paling tepat yaitu menarik minat dan selera pengunjung apalagi orang-orang awam untuk mencoba makanan tersebut. Coba bayangkan apabila di setiap rumah makan vegetarian hanya menghidangkan sayur-sayuran dalam bentuk aslinya, popularitasnya tentu tidak akan sampai sebesar saat ini. Itulah yang dinamakan persepsi.
Memakan makanan sehat tanpa harus dipaksa sepertinya hanya bisa dipelajari dari orang² vegetarian. Mereka ahli dalam memanipulasi pikiran yang ada di dalam otak manusia. Menyajikan aneka makanan sehat dalam bentuk daging²an, bahkan aromanya pun akan sangat mirip sekali dengan aslinya. Hal yang sama juga harus dilakukan untuk anak², utamanya adalah anak² yang masih dalam usia sulit, suka pilih² makanan, yakni usia antara 3 tahun sampai usia 9 tahun.
Para ahli dari Universitas Yale telah menemukan beberapa hal baru dalam masalah ini. Setelah melakukan uji coba beberapa kali akhirnya mereka menemukan bahwa anak² sebenarnya bisa saja memasukkan buah²an dan sayur²an ke dalam daftar menu mereka, asalkan kita bisa melakukan pendekatan yang baik. berbagai penelitian di beberapa kantin sekolah di Amerika memperlihatkan, jika si subyek penelitian ditanya, "Mau buah atau tidak?" maka sebagian besar akan menjawab "Ya". Angka konsumsi buag-buahan naik dari 40% ke 70%.
Sementara itu sayuran jika diberi nama yang lebih heroik dan merangsang imajinasi maka tingkat konsumsi akan naik, salah satunya seperti yang dikemukakan oleh Sarah Kliff dari Newsweek, adalah tidak menyebut wortel sebagai wortel biasa, melainkan wortel yang bisa membuat mata kita seperti mata Superman, bisa melihat tembus dinding. Mengubah persepsi wortel dari sayuran berbau langu menjadi makanan superhero menaikkan konsumsi 50%.
Hal lain yang juga ditemukan para peneliti adalah mencoba lebih demokratis dengan anak-anak. Menaruh sayuran secara paksa di piring mereka hanya berakibat bertambahnya sampah rumah tangga, bukan naiknya konsumsi sayuran. Membuat tajuk "Food of The Day" misalnya dikantin sekolah, akan menurunkan minat mereka untuk mencicipinya. Anak-anak butuh kebebasan, butuh kreatifitas, dan bukan paksaan dalam masalah makanan - makanan sehat. Melibatkan anak-anak dalam memilih buah yang disukainya di supermarket akan berdampak positif daripada sekedar membeli secara acak dan memaksanya makan.
Yang lebih penting lagi, persepsi adalah masalah kebiasaan. Ingatkah saat kita pertama kali meminum teh yang yang rasanya pahit maupun waktu pertama kali kita merasakan pare ? Rasanya tidak enak bukan ? tetapi setelah sekian lama minum teh pahit setelah makan rasanya aneh kalau misalnya minuman kita diganti dengan minuman lain. Begitu juga dengan pare sebagai bahan campuran siomay yang medok. Jadi, pada tahap usia anak - anak adalah lebih penting bagi orang tua untuk berkompromi agar mereka lebih terbiasa dengan memakan buah - buahan dan sayur - sayuran. Tujuan akhir adalah agar kebutuhan mereka akan buah dan sayuran tercukupi, dan memiliki persepsi di otak bahwa rasa daripada buah dan sayuran adalah enak.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Komentar :
Post a Comment